CATATAN ABSTRAK

Pages

RSS

Kawanku Imas

Pertama kali aku melihatnya, kesan yang aku dapat, dia adalah orang yang judes dan sombong. Kalian ingat dengan pepatah "jangan nilai buku dari covernya", pepatah itu memang benar, ternyata pandangan aku kepada dia itu salah semua, dia teryata baik dan tidak judes. Dia adalah kawanku di kampus, namanya Imas Massuroh.
Kita menjadi akrab, saat Imas sering curhat tentang seseorang yang dia suka dan orang yang membuatnya sedikit patah hati. Sahabat Asiyah ini, menceritakan apa yang dia rasakan tentang lika liku cinta. Aku yang bertitel Imam Besar OMP, selalu memberikan nasihat-nasihat untuk menguatkan hati imas (sebenernya nasihat-nasihat standar yang aku dapat dari para motivator dan menurut pengalaman sendiri).
Aku sekelompok dengan imas dan teman-teman yang lain saat matakuliah Hukum Adat. Kita ditugaskan untuk observasi ke Kampung Naga di Tasikmalaya. Imas langsung menawarkan selama observasi tinggal dirumahnya, lumayan tawaran Imas membuat biaya observasi irit. Selain itu keluarga Imas menjamu kita dengan begitu ramah dan memberi kita makan. Ah, senangnya saat itu. Selama dirumah Imas yang ditasik begitu enak, makanannya terjamin, bergizi dan membuat aku tambah gemuk. 4 sehat 5 sempurna sepertinya diterapkan di rumahnya. Cemilan berlimpah ruah.
Satu lagi, pandangan aku pada Imas, mungkin dia anak yang manja, yang tidak bisa apa-apa. Dirumahnya hanya diam, semua pekerjaan rumah dia tidak bisa lakukan. Ternyata salah lagi dugaanku. Saat kita selesai makan malam dirumah imas, Imas langsung mencuci piring bekas kita makan, entah itu adalah insting dia yang ingin menjadi ******** (sensor). Seharusnya aku atau teman-teman yang lain untuk cuci piring karena sudah menumpang dirumahnya, tapi Imas tidak mempermasalahkan itu, tetap dia yang cuci piring tanpa keluh kesah. Sekarang aku percaya dia orang baik dan mandiri.
Waktu dia pulang ke Puwakarta, aku iseng minta oleh-oleh khas Puwakarta " Mas, minta oleh-oleh khas puwakarta dong", pintaku dalam BBM.
"Mana Uangnya?" Balas Imas.
"Kalo pake uang sendiri bukan oleh-oleh tapi nitip. Masa ke Imam Besar itung-itungan. Kan aku itu konsultan masalah cinta kamu".
"Sok, serching di google oleh-oleh khas pwk apa. Kalo ketemu kasih tau aku".
Bagus. Balasan yang memungkinkan akan dikasih oleh-oleh. Aku pun serching di google, kalian tau apa yang aku dapat saat sarching di google, semua makanan khas di Puwakarta, semuanya sangat mudah di dapatkan di Bandung.
Aku BBM lagi ke Imas " Mas, susah eung cari makanan khas pwk"
Tidak beberapa lama Imas balas bbm aku "iya kan nggak ada. Semuanya ada di Bandung. Jadi nggak usah bawa oleh-oleh".
" bawa apa aja lah, yang penting bawa oleh-oleh".
"Bawa apa atuh?".
" apaaaaa aja imassss yang penting bawa oleh-oleh".
"Apaaaaa atuh? Baju kotor mau?"
"Jangan ih, makana atuh, biar bisa dimakan".
" iya apa?"
"Ya gak tau, kan kamu yang orang pwk, jadi kamu yang lebih tau".
"Ya udah terserah aku aja weh ya, mau di beliin apa aja juga".
" okey. Tapi yang enak. Makacih kakak".
"Sipt. sama-sama".
Saat kuliah, dia bawa oleh-oleh yang aku pesan. Oleh-olehnya sederhana yaitu dua bungkus simping dan beda rasa. Givani yang melihat meminta oleh-oleh itu, aku berikan satu bungkus yang besar buat givani, sesuai dengan badanya. Sedangkan aku memilih bungkusan kecil walau tubuh aku besar, alesannya biar tidak disebut serakah.
Saat simping itu dibawa ke rumah, ternyata Mamah dan Angga suka banget, malahan  mereka berdua yang ngehabiskannya. Aku cuma makan sedikit. Mamah ingin minta lagi simping.
" Ni, bawain lagi simping ke Imas Maysaroh". Kata mamah.
Mamah tau nama Imas dari What App yang ada di hape mamah. Dulu hape mamah sepat dipake aku, selama satu tahun, sehingga kontak teman-teman ada di hape mamah. Penyebutan nama yang salah karena penyakit tua, yaitu mata yang sudah tidak sejelas dulu. Aku senyum saat mamah salah menyebutkan nama Imas.
Aku nge WA Imas "ada pesan dari mamah aku, suruh Imas Maysaroh bawa simping lagi"
Imas bales WA aku "itu penyebutan nama salah? Kenapa bisa tau aku bawa simping?"
"Iya mamah aku salah nyebut nama. Dari WA hape aku yang dulu".
" oh. Benerin atuh penyebutan namanya".
"Nggak mau takut dosa. Kan ngebantah orang tua dosa. Kamu ikhlas aja maafin mamah aku ya?"
"Iya okey. Tenang aja".
" syukurlah. Makasih. Bawa lagi simping ya, mamah aku suka."
"InsyaAllah. Kalo nggak males. Tapi nggak janji".
Saat imas pulang, aku ingatkan lagi bawa oleh-oleh.
Tadi pas dikampus, imas memberikan simping lagi. Aku senang, mamah senang, Angga senang, semua senang, karena simping. Dalam waktu berapa jam simping yang dikasih imas habis.
Terimakasih imas.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.