Waktu kata kerja yang tidak bisa di ulang lagi. Kejadian-kejadia yang pernah di alami tidak bisa di ulang hanya akan menjadi kenangan yang akan di ingat, entah itu hal baik ataupun hal buruk. Kita selalu terbawa suasana ingin kembali lagi kemasa mana kita sedang dilanda kerinduan. Semua pasti punya kenangan yang di ingat, dan pernah berpikir ingin kembali dimasa itu. Aku juga sering membayangkan dan ingin kembali dimana masa-masa menurutkun menarik untuk di ulang.
Selama hidup di dunia ini aku merasa banyak sekali waktu yang dilewati dengan kenangan-kenangan masa yang indah. seandainya aku punya mesin waktu seperti milik doraemon, ingin sekali aku mengulang masa kecil. Dimana masa itu belum berfikir tentang kerasnya dunia, hanya mengenal main bersama teman, mandi pagi dan sore, manja ke orang tua, dan bercita-cita setinggi langit.
Pagi ini entah apa yang terjadi aku tiba-tiba
membayangkan masa lalu ketika umurku baru minginjak 5 atau 6 tahun. Dimana masa
itu sangat bahagia, senang dan penuh tawa. Aku dilahirkan dari kalangan bawah,
ibu dan ayah bekerja menjadi buruh pabrik, berangakat pagi pulang sore untuk
menghidupi 3 anaknya. Aku tinggal disebuah kontrakan kecil, dimana pemilik
kontrakan itu mempercayai ibu menjadi ibu kontrakan, dan hidup dikontrakan
membuat aku banyak teman karena banyak tetangga yang memiliki anak-anak
seumuran denganku. Ini ada sebuah kebahagian banyak teman bagi anak kecil.
Tahun 1999 adalah tahun dimana teknologi belum
diminati banyak orang, yang memiliki tv, radio, dan handphone masih jarang. Orang
masih senang kumpul-kumpul, bercerita langsung, tertawa bersama, dan menjalin
silaturahim. Ini sangat menyenangkan. Aku bermain sepak bola tidak mengenal
waktu, yang memberhentikan permainan hanya satu adzan Maghrib. Setelah pulang
langsung mandi, dan pergi kemesjid untuk sholat berjamaah dan mengaji. Pada zaman
itu mengaji masih banyak dan guru-guru ngaji pemuda-pemuda disana.
Oh iya, aku tinggal disebuah daerah di bandung, masuk
gank kecil, atau bias lewat jalan lain yang cukup besar, jalan kesekolah STM
swasta, dimana lapangannya kalau sore dipake anak-anak bermain sepak bola, dan
ibu-ibu bermain volley. Tak jauh darisana ada universitas yang sekarang menjadi
universitas negeri, yang dulu siapa yang masuk akan hilang mendadak, ternyata
itu hanya gossip supaya anak-anak tidak mau main kesana. Kalau jalan ke STM ada
warung dan makam keluarga, yang menjaga sepasang suami istri yang sudah tua,
mereka baik dan ramah. Mereka menjual gorengan dan minuman limun, warungnya
sederhana, enak, adem karena ada pepohonan. Aku dan teman-teman setelah bermain
sepak bola suka jajan dulu disana.
Aku hidup tidak mewah tapi merasa bahagia, bencekrama
dengan teman-teman, bermain kelereng, adu gambar, main layangan, dan main petak
umpet. Setiap sore pasti jadwal main tak usah di beritahu, teman-teman akan
kumpul dengan sendirinya di dekat gank ke masjid, dirumah yang membangun
masjid. Kita tertawa bersama saat itu. Dan kenangan ini akan aku rindukan.
0 komentar:
Posting Komentar