CATATAN ABSTRAK

Pages

RSS

Eliesia

Matahari mulai mengalah pada bulan, kini bulan yg lebih dominan terlihat dilangit. Walau cahaya bulan di pancarkan matahari, tetap di malam hari peran utama milik bulan. 
Malam itu di sebuah cafe, dekat pantai, dengan terdengar jelas deburan ombak, aku sedang mengobrol dengan wanita yg selalu sederhana namun terlihat cantik. Namanya Aliesia. 
"Bagaimana kamu bisa Tahu kalo Tuhan itu Maha Penyayang?" Senyum Eliesia.
"Aku Tahu Tuhan Maha Penyayang, dari Rumah sakit".
"Maksudmu?"
"Kau tahu, saat Ibuku sakit dan harus di pasang oksigen, berapa uang yang harus keluargaku keluarkan?" 
Eliesia menggelengkang kepala. Rambut yang tidak di ikat, ikut bergerak sesuai kepalanya. Itu menambah kecantikan yang dimiliki Eliesia.
"Jutaan Eliesia! Jutaan!" Aku menatapnya, "Bayangkan jika Tuhan membisniskan oksigen, maka diriNya akan untung dari sekian puluhan triyun manusia. Tapi Tuhan memberi oksigen Free alias gratis. Maka aku simpulkan Tuhan sayang pada umatnya".
"Dengan itu kau simpulkan Tuhan maha penyayang?" 
"Eliesia, tentu aku tidak  menyimpulkan langsung. Karena, Tuhan tidak perlu uang, Tuhan pemilik langit, bumi, dan semesta alam ini"
Eliesia mengambil gelas yang berisi kopi susu kesukaannya "Lantas apa lagi yang membuat kau yakin Tuhan Maha penyayang?" 
"Kau lihat oksigen yang dihirup di bumi ini, bukan hanya orang-orang yang taat pada perintah-Nya, melainkan penjahat pun dapat oksigen gratis. Dari agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, miskin, kaya, religius, atau atheis pun berhak mendapat oksigen gratis. Itu yang menambah aku percaya bahwa Tuhan Maha penyayang" Eliesia mendengarkan baik perkataanku, aku senang ngobrol sama dia.
"Benar katamu, Don. Aku ini kristen, tapi sama seperti kamu yang islam, mendapat oksigen gratis", dia meminum kopi susu yang mulai dingin.
Hari semakin larut, jam sudah menunjukan pukul 12 malam, walau pun begitu hingar bingar alunan musik masih terdengar jelas.
"Aku tahu besok matahari akan muncul dari mana?" Kata Eliesia.
"Dari negaramu, Eliesia. Barat."
"Hahahaha... Benar. Aku sering di sebut turis dari barat oleh orang-orang disini. Di  negaraku kalian tidak disebut turis Timur" dia meminum kopi susu.
"Turis dari timur, biasanya orang arab." Kataku sambil melirik mata Eliesia yang coklat, sungguh paduan warna yang indah dengan wajahnya yang manis.
"Orang Arab? Ehmmm... Yang besar hidungnya", Eliesia tersenyum, dan alisnya mengangkat sebelah.
"Bukan hanya hidungnya saja, tapi ada sesuatu yang besar juga". Aku menahan senyum, sepertinya gadis itu tahu apa yang dimaksud.
"Apa itu Doni? Apakah kau bisa menjelaskan dengan detail?".
Angin laut malam, menghembus kejendela dimana aku dan Eliesia duduk. Badanku terasa dingin, dan ku yakin gadis yang duduk didepanku pun merasakan yang sama. 
"Tentu aku bisa jelaskan untukmu, Eliesia", sejenak aku berhenti, melihat disekeliling Cafe, yang ada tinggal beberapa orang, "Benda besar itu menyimpan, jutaan calon mahluk baru di dunia ini, tapi harus melalui wanita, mahluk itu dititipka".
"Melalui wanita? berarti melaluiku?Hahaha..." 
"Benar. Suatu hari nanti kau pasti akan mengalami itu, percayalah.
"Maafkan aku, Doni. Aku lebih peracaya Tuhan dari pada kamu. Hahaha...", dia menatapku, dan tertawa. Saat itu aku mulai percaya, jika Eliesia ditakdirkan menjadi wanita yang cantik. "Apakah menurutmu wanita istimewa?"
"Iya. Malahan di agamaku wanita sangat diistimewakan. Malahan tiga kali disebut oleh Nabiku untuk dihormati, setelah itu baru laki-laki untuk dihormati".
"Wow! Benarkah itu? Tolong jelaskan lebih rinci!" Eliesia tertarik dengan apa yang tadi kukatakan.
"Dengar baik-baik, suatu hari ada seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi Muhammad 'Ya, Muhammad. Siapakah yang harus utama aku hormati Abi atau Ummi?' Lalu nabi menjawab 'Ibu.. Ibu... Ibu... Dan bapak'. Itulah istimewanya wanita di Agamaku". Aku meminum es jeruk hangat yang baru dipesan tadi.
Eliesia melamun, entah apa yang dia pikirkan. Biarkan lah dia berpikir jauh terbang menembus langit, sehingga akalnya diajak berfantasi.
"Keren! Berarti kau harus hormat padaku. Aku wanita, calon ibu".
"Siap Grak!" Aku hormat, mengangkat tangan dan ditempelkan di dahi. Seperti tentara pada komandanya.
"Hahahaha... Seberapa pentingkah ibu bagimu, Don?"
"Ibu, siapa dia? Hanya jantung kehidupanku. Ibu juga bentuk cinta sejati yang nyata dan 'Tuhan' di bumi yang aku bisa lihat dan raba".
"Sepertinya kau sangat sayang pada Ibumu".
"Sayangku tidak seberapa, daripada sayangnya pada diriku. Tidak bisa dibandingkan. Saat aku dipeluknya selalu kurang".
"Kenapa?".
"Karena Ibu cemas, takut anaknya kenapa-kenapa, dia takut belatentara penyabut nyawa datang. Bagaimana dengan kau, apa menurutmu Ibu?"
Matanya menunduk, senyum yang tadi berkembang, kini frekuensinya berkurang. Lambat laun wajah sedihnya datang. Etah kenapa Eliesia berubah begitu. 
"Kenapa kau bersedih? Eliesia!" Aku bertanya setelah melihat wajahnya yang murung.
Wanita itu diam saja, kepalanya menunduk, sekilas ku lihat matanya berkaca-kaca.
"Aku belum pernah melihat Ibu. Ibu mungkin tidak sayang padaku." Akhirnya Eliesia buka suara.
"Aku yakin Ibumu Sayang pada kau".
"Kenapa kau bisa yakin?".
"Iya aku yakin. Jika dia tidak sayang padamu, mungkin Ibumu akan menggugurkan kandungannya. Tidak perlu sakit-sakit mengeluarkan kau ke Bumi ini".
"Tapi, mengapa dia meninggalkan aku, merasakan kepahitan di dunia ini?" Tetesan air mata keluar dari matanya.
"Aku juga tidak tahu Eliesia. Itu tugasmu untuk mencari tahu, jika ingin tahu alasannya. Tapi percayalah Ibumu sayang dan mencintaimu. Buktinya kau masih hidup dan bersenang-senang di dunia ini, bersamaku saat ini".
"Mungkin juga".
"Saat ini, kau harus bersabar dan menerima kenyataan dengan senyuman. Aku selalu siap jika kau butuhkan".
"Terimakasih. Mungkin bulan depan aku akan pulang ke Swiss".
"Pulang? Bukan kah kau sudah betah di negara Garuda ini? Kerjaanmu disini bagaimana?" Sumpah aku kaget, saar bilang dia akan balik ke swiss.
"Bagaimana sih kau ini, tadi kau yang bilang tugasku untuk mencari tahu dimana ibu. Aku ingin mencarinya. Doakan aku menurut kepercayaanmu."
"Hahaha... Siap. Mungkin Yesus akan senang, pengikutnya di doakan oleh, pengikut Nabi Muhammad. Ini adalah silahturahmi antar agama." 
"Kita adalah pelopor perdamaian Agama, walau hanya kita berdua yang tahu. Aku senang bertemu dengamu. Kau harus rasakan negaraku".
"InsyaAlloh. Aku ingin berkunjung kesana. Sediakan ikan asin di swiss. Dan kau membuat malam ini istimewa. Terumakasih Eliesia". Aku senyum padanya.
"Okey fine. Hari ini kita puas.", Eliesia tersenyum manis.
Subuh hampir menjelamg, matahari akan terbit di barat, orang-orang sudah banyak yang kumpul di pantai untuk melihat sunset. Kami menutup obrolan dengan meminum kopi capucino. Dan menunggu Sunset. Terimakasih untuk hari ini gadis sederhana dan cantik. Eliesia.
Tamat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.